Jumat, 21 Desember 2012

Profil Toili Barat

Toili Barat merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Banggai. terbentuknya toili barat merupakan hasil dari pemekaran kecamatan induknya yakni Kecamatan Toili. Kecamatan toili barat . luas wilayah kecamatan toili barat adalah 993,67 Kilometer Persegi. jumlah penduduknya adalah 22.177 jiwa. jarak dari kota Luwuk menuju kecamatan toili barat sekitar 125 Km dan dapat ditempuh kurang lebih 3 jam baik menggunakan motor maupun mobil pribadi.
     toili barat terdiri dari 14 desa, yaitu Gunung keramat, Lembah Keramat, Bonebae, Pasir Lamba, Mantawa B, Mekar Jaya, Karya Makmur, Makapa A, Sindang Sari, Mekar Sari, Bukit makarti, kamiwangi, Dongin, dan Uwelolu. mata pencaharian sebagian besar masyarakat toili barat adalah bertani dan berkebun. lahan pertanian di dominasi oleh persawahan yang amat luas sedangkan lahan perkebunan di dominasi oleh perkebunan kelapa sawit milik PT. Kurnia Luwuk Sejati (KLS). namun akhir-akhir ini masyarakat mulai meninggalkan mata pencahariannya dan beralih menjadi penambang emas yang penghasilannya dianggap lebih menjanjikan. lokasi penambangan emas ini adalah milik rakyat yang pengolahannya dilakukan secara manuan dengan menggunakan dulang dan secara mekanis dengan menggunakan mesin. dampak dari penambangan emas ini adalah rusaknya lingkungan karena para penambang sama sekali tidak pernah memikirkan mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
     terlepas dari permasalahan diatas, toili barat merupakan daerah yang penduduknya multi etnis atau sangat beragam. suku bangsa yang terdapat di toili barat di kelompokkan menjadi dua bagian, yakni masyarakat transmigrasi yang terdiri dari Suku Sasak, Bali dan Jawa. sedangkan kelompok yang satunya lagi lebih sering dipanggil dengan Orang kampung atau tuan tanah yang terdiri dari suku banggai, saluan, bugis, Taa dan Bajo.
     Objek wisata yang terletak dikematan Toili barat adalah Pantai Pandanwangi dan Bendungan Mantawa yang menjadi primadona bagi masyarakat Toili barat dan pendatang

Kode Post Wilayah Seluruh Indonesia

Cek Kode Post

Kode Pos Wilayah TOILI

194765ArgakencanaToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
294765BentangToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
394765Bukit JayaToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
494765BumiharjoToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
594765CendanapuraToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
694765MansahangToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
794765MinahakiToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
894765MinakaryaToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
994765MoilongToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1094765MulyoharjoToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1194765PiondoToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1294765Rusa KencanaToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1394765SaluanToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1494765SamaloreToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1594765Selamet RaharjoToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1694765Sentral SariToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1794765SidoharjoToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1894765Sindang BaruToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
1994765SingkoyoToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
2094765Tirta KencanaToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
2194765Tirta SariToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
2294765Tohiti SariToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
2394765ToiliToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
2494765TolisuToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah
2594765Uwe MeaToiliKab.Banggai Sulawesi Tengah

SENTRAL SULAWESI

PT. BANGGAI SENTRAL SULAWESI

Letak Geografi dan Sejarah Singkat Sulawesi Tengah

Propinsi Sulawesi Tengah terletak diantara 2022' Lintang Utara dan 3048' Lintang Selatan, serta 119022' dan 124022' Bujur timur. Batas-batas wilayahnya:  
·         Sebelah Utara          : Laut Sulawesi dan Propinsi Gorontalo
·         Sebelah Timur          : Propinsi Maluku
·         Sebelah Selatan        : Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tenggara
·         Sebelah Barat           : Selat Makasar  
  Luas wilayah Sulawesi Tengah 68.059,71 km2, secara administratip Sulawesi Tengah dibagi dalam Kabupaten, 1 Kotamadya dengan 81 Kecamatan serta 1430 desa/kelurahan definitif dan 10 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di Propinsi Sulawesi Tengah terdiri dari:
 
      0   -   100    m           = 20,2 %
   101  -   500    m           = 27,2 %
   501  -   1000  m           = 26,7 %
   1001 m keatas              = 25,9 %  



Jarak antara Ibu Kota Propinsi ke Daerah Tingkat II:    
  1. Palu – Banggai Kepulauan        : 710 km
  2. Palu – Luwuk                           : 610
  3. Palu – Morowali                       : 400
  4. Palu – Poso                              : 222
  5. Palu – Donggala                       : 36
  6. Palu – Parimo                           : 65
  7. Palu – Tolitoli                           : 443
  8. Palu – Buol                               : 493  
  Sulawesi Tengah merupakan propinsi terbesar di pulau Sulawesi, dengan luas wilayah daratan 68.033 km2  yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta kepulauan Togian di Teluk Tomini dan Kepulauan Banggai di Teluk Tolo, dengan luas wilayah laut adalah 189.480 km2.
Sulawesi  Tengah  yang terletak di bagian barat kepulauan Maluku dan bagian selatan Philipina membuat pelabuhan di daerah ini sebagai persinggahan kapal-kapal Portugis dan Spanyol lebih dari 500 tahun yang lampau. Dalam perjalanannya mengelilingi dunia Francis Drake, dengan kapalnya "The Golden Hind" singgah di salah satu pulau kecil di pantai timur propinsi ini selama sebulan pada bulan Januari 1580. Meskipun tidak ada catatan sejarah, kemungkinan besar pelaut-pelaut Portugal dan Spanyol menginjak kakinya di negeri ini yang terbukti dengan masih ada pengaruh Eropa terhadap bentuk pakaian masyarakat hingga dewasa ini.
Setelah dikuasi oleh Belanda pada tahun 1905 Sulawesi Tengah dibagi menjadi beberapa Kerajaan kecil, dibawah kekuasaan Raja yang memiliki wewenang penuh.
Belanda membagi Sulawesi Tengah menjadi tiga daerah yaitu wilayah barat yang kini dikenal dengan kabupaten Donggala dan Buol Tolitoli dibawah kekuasaan Gubernur yang berkedudukan di Ujung Pandang. Di bagian tengah yang membujur di Donggala kawasan timur dan bagian selatan Poso berada dibawah pengawasan Residen di Manado, bagian timur dikendalikan dari Baubau.
  Pada tahun 1919 Raja-raja yang masih berkuasa dibawah kekuasaan Belanda menandatangani suatu perjanjian yang disebut " Korte Verklaring Renewcame" memperbaharui persekutuan mereka dan seluruh daerah Sulawesi Tengah dibawah kekuasaan residen di Sulawesi Utara.
Setelah perang dunia kedua wilayah yang merupakan propinsi Sulawesi Tengah dewasa ini dibagi menjadi beberapa bagian dan sub bagian hingga pada tahun 1964 terbentuk menjadi propinsi tersendiri yang terpisah dari Sulawesi Utara yang bergabung sejak 1960.
  Akhirnya tanggal 13 April 1964 diangkatlah Gubernur tersendiri untuk propinsi ini yang hingga saat ini tanggal tersebut tetap diperingati sebagai hari ulang tahun propinsi ini.

Sejarah Singkat KAbupaten Banggai

  Tepatnya pada tanggal 3 November 1999 Gubernur Sulawesi Tengah (Brigjen Purn. H.B. Palidju) atas nama Menteri Dalam Negeri meresmikan berdirinya Kabupaten Banggai Kepulauan yang sebelumnya masih bernaung bergabung dalam Kabupaten Banggai. Kabupaten Banggai Kepulauan menjadi satu kabupaten otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
Secara historis wilayah Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan mulanya adalah bagian dari Kerajaan Banggai yang sudah dikenal sejak abad 13 Masehi sebagaimana termuat dalam buku Negara Kertagama yang ditulis oleh Pujangga Besar Empu Prapanca pada tahun Saka 1478 atau 1365 Masehi. Kerajaan Banggai, awalnya hanya meliputi wilayah Banggai Kepulauan, namun kemudian oleh Adi Cokro yang bergelar Mumbu Doi Jawa disatukan dengan Wilayah Banggai Darat. Adik Cokro yang merupakan panglima perang dari Kerajaan Ternate yang menikah dengan seorang Putri Portugis kemudian melahirkan putra bernama Mandapar. Mandapar inilah yang dikenal sebagai Raja Banggai Pertama yang dilantik pada tahun 1600 oleh Sultan Said Berkad Syam dari Kerajaan Ternate. Raja Mandapar yang bergelar Mumbu Doi Godong ini memimpin Banggai sampai tahun 1625

  Adapun sisa peninggalan Kerajaan Banggai yang dibangun pada abad ke XVI yang masih dapat ditemui hingga saat ini yaitu Keraton Kerajaan Banggai yang ada di Kota Banggai. Pada masa pemerintahan Raja Syukuran Amir, ibukota Kerajaan Banggai yang semula berada di Banggai Kepulauan dipindahkan ke Banggai Darat (Luwuk). Untuk penyelenggaraan pemerintahan diwilayah Banggai Laut ditempatkan pejabat yang disebut Bun Kaken sedang untuk Banggai Darat disebut Ken Kariken. Wilayah Banggai Darat dan Banggai Laut kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Tengah menjadi Satu Kabupaten Otonom yang dikenal sebagai Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk.
==========
  Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi tengah yang terletak dibagian pantai timur Pulau Sulawesi. Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk secara geografis terletak pada posisi 0° 30'-02° 20' LS dan 122° 10' - 124° 20' BT. dengan batas wilayah sebelah utara Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Poso, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tolo dan sebelah timur berbatasan dengan laut  Banda.
   Dari ibukota Propinsi Palu menuju ibukota Kabupaten Banggai Luwuk dapat ditempuh melalui jalan darat maupun udara. Jalan darat dapat memakai sarana perhubungan kendaraan umum bus-bus kecil, atau dengan kendaraan carteran. Palu - Luwuk dengan jarak sekitar 350 km. Transportasi udara dari ibukota Propinsi Palu dilayani oleh pesawat kecil (Twin otter/ Cassa) dengan waktu tempuh 1.5 jam. Penerbangan Palu - Luwuk secara regular setiap hari sekali. Dari Luwuk ke Pulau Peleng dilayani oleh ferry secara reguler sekali setiap hari. Sedangkan Luwuk- Pulau Banggai dilayani oleh perahu motor kayu yang jauh lebih kecil. Pelayaran Luwuk - Banggai dilakukan secara reguler dan singgah di beberapa ibukota kecarnatan dengan waktu tempuh antara 8 - 12 jam. Untuk mencapai pulau-pulau yang ada disekitar Pulau Peleng dan Pulau Banggai jalan satu-satunya adalah menggunakan perahu carteran.
  Kabupaten Banggai menjadi salah satu dari 25 kabupaten yang menerima penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha dari Pemerintah Indonesia 27 tahun lalu. Saat itu Kabupaten Banggai dianggap berprestasi karena mampu menyumbang 50 persen Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda) bagi Provinsi Sulawesi Tengah.Iini. Kebanggaan masyarakat di daerah yang hanya berkepadatan penduduk 28 jiwa tiap kilometer perseginya ini bertambah karena kabupaten Banggai mampu menjadi penghasil beras nomor dua setelah Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah.
Monsu'ani Tano ternyata menjadi cara yang ampuh dalam memotivasi masyarakat Banggai untuk membangun daerahnya sendiri. Gemar menanam, makna dari istilah tersebut, telah menjadi gerakan yang mendapat tempat di hati masyarakat Banggai. Buktinya, dalam lima tahun ke belakang, pertanian telah menjadi pemasok terbesar kegiatan ekonomi daerah ini. Tahun 2000 misalnya, 54,4 persen (Rp 465,4 milyar) kegiatan ekonomi berasal dari sektor pertanian. Dan produksi beras menjadi primadona.
  Dengan produktivitas rata-rata 3,0 ton per hektar, Kabupaten Banggai menghasilkan padi sebanyak 69.693 ton tahun 2000. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka ini menurun drastis hingga 29 persen. Sementara untuk tahun 2001, kabupaten ini juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan produksi. Bulan Juli 2001 terjadi banjir akibat gelombang tsunami yang merendam dan merusak 43,5 hektar sawah di Kecamatan Batui. Banjir ini juga melanda Kecamatan Toili yang selama ini menjadi sentra penghasil beras Kabupaten Banggai.
Di samping tanaman bahan pangan, hasil perkebunan rakyat seperti kelapa, kakao, dan jambu mete misalnya, turut memberikan andil yang berarti bagi roda perekonomian Banggai. Di antara delapan kecamatan yang ada, Kecamatan Bunta menjadi sentra tanaman kelapa dan kakao. Sementara itu, jambu mete dan sebagian kakao dihasilkan oleh Kecamatan Batui. Sumbangan kelapa sendiri tidak kecil. Nilainya mencapai 9,1 juta dollar AS melalui ekspor 13.222 ton minyak kelapa. Ini belum termasuk ekspor bungkil kopra sebanyak 5.700 ton dan kopra 700 ton.
Hasil hutan pun tak kalah perannya bagi pertumbuhan ekonomi Banggai. Setidaknya berdasarkan angka hingga Agustus 2001 dari Iuran Hasil Hutan (IHH) diperoleh Rp 1,5 milyar dan dari Dana Reboisasi 453.915 dollar AS. Pemasukan itu berasal dari hasil kayu rimba logs dan selebihnya dari rotan, damar, kulit japari dan kemiri.
  Saat ini Pertaminta terus-menerus berupaya menggali cadangan gas yang tersimpan di bumi Banggai. Tahun 2003 lalu Pertamina menemukan gas dengan kapasitas 34 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) dan 160 BCPD (barrel kondensat per hari) dari hasil pemboran sumur Donggi (DNG #1) di desa Kamiwangi, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
Sumur yang mulai ditajak tanggal 14 Agustus 2001 dan berhasil diselesaikan pada tanggal 4 September 2001 dengan kedalaman akhir 2502 MBLB (meter bawah lantai bor) diantaranya telah dilakukan uji kandung lapisan (UKL). Interval kedalaman 1705 - 1710 M dan menghasilkan 14 MMSCFGD + 50 BCPD. Sedang interval kedalaman 1620 - 1630 M menghasilkan 20 MMSCFGD + 110 BCPD. Kondensat yang dihasikan dari kedua lapisan tersebut mempunyai derajat API sebesar 54 derajat. Selanjutnya untuk membuktikan potensi cadangan gas di komplek Donggi maupun Blok Matindok Sulawesi Tengah akan dilakukan studi geologi dan geofisika terpadu yang melibatkan ahli eksplorasi, ahli reservoir dan ahli gas.